Sebelum Pandemi Covid 19, saat pertunjukan pentas musik masih menggebyar menggelora, banyak dijumpai peralatan sistem tata bunyi atau sound system yang bertumpuk tumpuk menggunakan rak, salah satunya pasti compressor. Istilahnya rackmount sound system equipment. Sekarang, saat Pandemi Covid 19 mereda dan landai, pemandangan semacam itu juga mulai banyak kita jumpai.
By AUDIOPRO
Bagi orang yang awam dalam dunia tata bunyi, pasti bertanya begini : “ Waduuh… segambreng gituan tuh alat untuk apa aja tuh..” Bagi penata bunyi yang masih pemula, pertanyaannya mungkin akan berbunyi : “ Apa kita harus punya segambreng renceng gitu? Yang penting vital tuh yang mana sih?” Yang pasti, tumpukan piranti dalam rak tersebut adalah pemroses signal pada sistem tata bunyi professional. Dan salah satu di antara rencengan tumpukan tersebut pasti terdapat piranti yang disebut Compressor.

Secara sederhana, sebuah Compressor dalam sistem tata bunyi adalah tools used to reduce the span between the softest and loudest parts of an audio signal. Jadi, ia adalah alat untuk mengurangi rentang jangkauan antara bunyi terlemah dan terkuat. Membaca definisi tersebut, beberapa orang, lagi lagi penata bunyi pemula atau mereka yang bergelut dalam ranah tata bunyi namun pada skala amatir, akan mengajukan dua pertanyaan. Ditambah lagi pertanyaan seperti : “kalo zoom meeting perlu compressor gak sih? Kalo rekam gitar ma vocal pake mixer sederhana untuk Tik Tok dan Reel IG perlu Compressor kah ?
- Kapan kita mulai menggunakan Compressor
- Seberapa banyak kita menyetel Compressor kita

Dua pertanyaan tersebut juga adalah acuan sekaligus tumpuan kita untuk memakai cara mudah dalam memahami Compressor.
Anatomi Compressor
Hal pertama yang semestinya kita lakukan tentu memahami terlebih dahulu Anatomi sebuah Compressor. Apapun bentuk dan model nya, entah sebagai plug in, sebagai software maupun berbentuk fisik, secara Anatomi, sebuah Compressor terdiri dari :
Threshold . Ini adalah skala penentu kapan saatnya si Compressor mulai beraksi. Ketika sinyal bunyi melebihi ambang batas skala yang kita tetapkan pada Threshold, saatnyalah Compressor melakukan pekerjaannya. Hal yang perlu diingat, jika kita men set skala threshold semakin rendah maka sebetulnya akan semakin banyak sinyal bunyi yang terkompres.
Ratio . Knob ini adalah skala untuk menentukan seberapa besar volume bunyi akan direduksi. Semakin kita set knob Ratio pada skala besar, maka si Compressor akan semakin agresif dan “sadis” dalam mengkompres. Skala pada Ratio bisa dibaca begini. Misal, Ratio 4:1. Itu artinya pada setiap 1dB bunyi yang melebihi ambang batas Threshold maka akan ada ¼ dari dB tersebut yang dibuang.

Attack Time . Menentukan seberapa cepat si Compressor akan mengkompres secara sempurna dan mereduksi volume bunyi. Semakin besar nilai attack time, bunyi instrumen yang didapat akan semakin terasa tebal. Sebaliknya pada nilai attac time skala kecil, bunyi akan terdengar punchy dan sangat ear catching. Attack time dalam skala kecil sangat lazim dipakai dalam ranah audio professional di lapangan.
Release Time . Menentukan kapan si Compressor berhenti bekerja setelah mengkompres secara sempurna dan mengembalikan sinyal audio seperti apa adanya.
Knee Level . Pada skala 1.0 kerja Compressor terasa tidak kentara. Skala 0.0 kerja Compressor terasa sangat jelas.
Makeup Gain . Meningkatkan level output sinyal audio untuk mengimbangi volume yang hilang saat terkompresi. Makeup Gain ini penting agar instrumen musik yang dipakai tidak menjadi bergemuruh saat sinyal masuk ke mixer.
Waktu Tepat Gunakan Compressor
Berikutnya adalah kapan kita menggunakan Compressor.
Pada prinsipnya, Compressor bisa dipakai untuk tiap aliran siyal secara mandiri maupun aliran sinyal yang terkelompokkan seperti dalam BUSSES.

Pemakaian Compressor dalam praktek di lapangan, sangat bergantung pada genre musik yang anda kerjakan.Anda mungkin bisa saja menggunakan kompresi di setiap track. Atau malahan anda mungkin tidak mengompres sesuatu pun.Satu genre yang terdengar sangat dinamis, lazimnya akan menggunakan kompresi yang sangat sedikit. Jika Anda sedang melakukan mixing pada lagu jazz atau musik klasik, Anda mungkin akan menggunakan sedikit atau bahkan tidak ada kompresi sama sekali dalam proses mixing anda.
Musik yang keras dan kasar seperti misalnya Trashy Metal, menggunakan banyak kompresi.Misalkan saja anda sedang melakukan mixing lagu rock untuk proyek semacam Industrial Noise Rap yang terinspirasi dari Hip Hop seperti musiknya Death-Grips. Anda dapat dipastikan akan mengompresi hampir semua hal.Lalu bagaimana dengan Musik Pop? Musik pop berada di antara dua kutub dalam ranah kompressi. Kompresi dalam Musik Pop biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan bunyi yang konsisten secara dinamis tetapi tidak agresif dan kasar.
Terlepas dari apa yang sedang anda lakukan saat mixing maupun menata bunyi pada panggung pementasan, gunakan secara bijak Compressor anda. Sebab Compressor sama sekali bukan piranti dekoratif untuk bunyi.
Jangan lupa Follow IG Audiopro.Indonesia

Artikel ini juga dapat dibaca secara offline dalam majalah Audiopro Digital edisi 56 dengan format PDF. Dapatkan secara langsung dan mudah, dan masih banyak artikel menarik lainnya. DOWNLOAD majalah Audiopro 56 Disini