Bagi sebagian orang, Sound System atau Tata Bunyi adalah sebuah seni. Bagi sebagian lagi, tata bunyi adalah science. Dan, bagi sebagian orang lainnya, tata bunyi adalah seni dan science. Yang mana yang paling tepat, bukan hal penting. Pada esensinya, memang tak dapat dipungkiri bahwa tata bunyi membutuhkan studi keilmuan. Menata bunyi membutuhkan studi tentang dasar dasar fisika bunyi. Tata bunyi juga membutuhkan latihan dan praktek yang sistematis dan ada metodenya. Tata bunyi juga menuntut adanya manajemen data yang memadai.
By AUDIOPRO
Di lain pihak, tata bunyi tak semata seperti bidang ilmu eksakta. Jika seseorang ingin melakukan pekerjaan menata bunyi atau Sound Engineering, ia harus memiliki kepekaan. Memiliki rasa. Seleranya terhadap bunyi juga harus senantiasa terasah seiring dengan bertambahnya jam terbang profesinya di lapangan. Dan hal hal semacam itu tidak semua bisa dipelajari secara skolastik dan metodologi keilmuan. Dibutuhkan kepekaan. Sense of sound art, passion dan tentu saja cita rasa seni bunyi yang berada dalam batas baik dan normal.

Kejadian di lapangan , saat seseorang melakukan pekerjaan tata bunyi juga seringkali tak selamanya bisa diduga. Orang membutuhkan intuisi untuk menanggulangi semua persoalan yang bisa saja sekonyong konyong muncul dalam ranah tata bunyi. Oleh karenanya, dibutuhkan banyak pengetahuan tentang pernak perniknya. Yakni prinsip mendasar yang bagaikan pernak pernik. Nampak sepele namun sesungguhnya disinilah pedoman dan pijakan seseorang jika ia ingin melakukan pekerjaan tata bunyi. Berikut beberapa fenomena yang acapkali membingungkan dan sering menjadi pertanyaan bagi penata bunyi pemula, namun juga acapkali masih menyisakan pertanyaan mendasar bagi para penata bunyi yang bahkan sudah memiliki jam terbang yang sangat mumpuni.
Antara Headphone dan Speaker Monitor

Para penata bunyi yang beginner maupun yang hanya berdasarkan pengalaman Trial and error seringkali agak pusing dengan Headphone dan Speaker Monitor. Apakah mereka harus memilih satu atau memakai kedua duanya. Banyak juga dikalangan praktisi yang bukan professional, menganggap bahwa headphone adalah piranti yang lebih teliti dalam artian lebih detail untuk menata bunyi karena melekat langsung pada area telinga.
Opsi yang terbaik sebetulnya adalah memakai keduanya. Headphone dan Speaker Monitor. Tentu pada saat dan situasi yang pas. Tentu, headphone akan lebih efektif jika dipakai pada lingkungan kerja yang kurang mendukung. Misalnya ruangannya kurang kedap sehingga bunyi bunyi yang tak dikehendaki masih terdengar. Speaker Monitor menjadi pas pakai jika anda ingin membuat stereo dengan spreading yang luas dan membuat image recording anda. Image yang dimaksud adalah Panorama. Yakni dengan hanya mendengarkan tanpa melihat, pendengar rekaman anda bisa merasakan posisi para pemusik. Misal : Bass di kiri. Guitar di kiri jalan jalan bolak balik dan sebagainya. Image ini hanya bisa anda tengarai jika anda menggunakan speaker monitor karena anda harus memastikan interaksi hasil recording anda terhadap ruang dengar.
Menentukan Volume optimal pada single Track

Banyak penata bunyi terutama yang praktisi dadakan yang kebingungan. Sebelum memixing, ini gimana ya nentuin volume tiap track agar optimal dan ketika di mix dengan track lainnya tidak malahan bikin sakit kepala.
Langkah 1 : Semua Fader di turunkan posisi 0. Naik perlahan sampai ambang batas mendekati overload. Anda catat nilai ini
Langkah 2 : Dari batas overload tadi turunkan fader perlahan sampai batas bunyi mulai tak terdengar.Anda catat nilai ini.
Langkah 3 : Anda sudah mendapat nilai volume optimal. Yakni diantara dua nilai yang anda catat tadi. Ketika anda harus me mix dengan track lain, anda sudah tahu bahwa area optimal track A misalnya, berada pada rentang nilai sekian.
Dosis REVERB

Sebetulnya, Recording jaman sekarang sangat sedikit menggunakan Reverb. Namun para penata bunyi amatiran dan pemula masih saja menganggap bahwa nilai Reverb yang besar akan membuat hasil rekaman mereka menjadi terdengar professional karena hasil bunyi menjadi terkesan tebal. Padahal, kenyataannya justru terbalik. Nilai Reverb yang besar membuat bunyi menjadi tambun, kedodoran dan “kurang nendang”. Coba dengarkan dengan seksama terutama CD musik Rock dan Pop masa kini. Terdengar professional bukan karena Reverb. Bahkan banyak yang sama sekali No Reverb At All.
Delay yang bisa mendelay seluruh Recording Plan

Parameter Decay pada piranti Delay, jika di set di bawah 50 millisecond akan memberi nuansa akustik yang luas. Pastikan juga anda menset Delay Time dengan menyesuaikan Tempo musiknya. Setting seperti ini akan memberi kesan bunyi Rhythm yang mantap dan tidak terkesan melayang tipis. Untuk mendapat efek Stereo yang lebih nyata, set lah nilai Delay pada 12 Millisecond. Hati hati. Signal yang dry maupun yang sudah wet karena efek, dua duanya harus di panning full kiri dan kanan. Misal anda ingin membuat koreksi terhadap hasil perekaman tertentu, misalnya ada hasil rekaman yang terkesan keruh akibat kebanyakan Reverb, jangan ragu untuk memberi delay sampai anda merasa kekeruhannya sudah mulai bening.
Pernak pernik Tata bunyi memang nampak sepele dan sederhana. Namun jika anda tidak menanganinya dengan semestinya, yang tadinya hanya pernak pernik, akan menjadi hal yang menggurita dan bahkan menjadi raksasa problem.
Jangan lupa ya follow IG Audiopro.Indonesia

Artikel ini dapat dibaca secara dalam format PDF melalui majalah digital Audiopro terbaru edisi 57. Dapatkan secara mudah dan cepat, langsung saja DOWNLOAD disini. Gratis!